Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pelatihan jurnalistik yang digagas wartawan senior Indonesia di Jepang sempat memunculkan informasi kekhawatiran dari beberapa peserta mengenai radikalisme di Jepang yang semakin mengental saat ini.
"Saya sendiri muslim pak, tapi kini sangat hati-hati memilih masjid kalau bepergian. Kecuali Masjid Nusantara di Akihabara yang saya anggap masih boleh karena banyak sumbangan dari kalangan Nahdhatul Ulama untuk pembangunan masjid tersebut," kata seorang peserta kepada Antonius, wartawan senior Indonesia yang memberikan pelatihan jurnalistik Sabtu (19/10/2019).
Radikalisme di Jepang bahkan sampai membuatnya takut bepergian ke beberapa masjid di Tokyo karena pembicaraan yang muncul tidak sedikit yang berbau radikalisme terutama pada saat kampanye pemilu beberapa bulan yang lalu.
"Pembicaraan yang berbau radikalisme tersebut bahkan sampai ke pengajian-pengajian dan tidak sedikit orang pendukung partai tertentu menjadi penyulut dari pembicaraan radikalisme tersebut. Padahal kita kan ke masjid untuk ketenangan, mendekati hati dan jiwa kepada Allah bukan untuk mendengarkan hal-hal radikalisme," tambahnya.
Berbagai hal menarik dan muncul terkait pemberitaan serta pertanyaan seputar posisi wartawan dalam penulisan sebuah berita.
Apalagi kalau sudah dikaitkan dengan ikutnya wartawan dalam menjaga pembangunan suatu negara serta koordinasi dengan redaktur maupun "balance" dari sebuah berita.
"Memang kita yang di luar Indonesia tantangannya besar sekali dalam penulisan berita. Bukan hanya soal bahasa saja, tetapi memberikan pengertian kepada redaktur di Jakarta mengenai pentingnya sebuah berita yang dibuatnya," kata Antonius.
Antonius mencontohkan pembuatan berita perjanjian kerja sama ekonomi (EPA) antara Jepang dan Uruguay mengenai pembebasan tarif impor ikan Uruguay ke Jepang.
"Bagi si pembuat berita sebenarnya penting sekali karena melihat kesepakatan ekonomi itu sangat menarik mengenai tarif impor ikan ke Jepang nol persen, meskipun tidak terkait Indonesia. Tetapi Indonesia - Jepang masih terhambat dengan tarif impor ikan ke Jepang yang tidak kecil dan Menteri Perikanan Indonesia sedang berjuang ke Jepang agar memberikan tarif impor nol juga," kata Antonius memberikan contoh penulisan berita.
https://ift.tt/31tOBfy
October 20, 2019 at 08:06AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Peserta Pelatihan Jurnalistik Merasa Prihatin terhadap Radikalisme di Jepang"
Post a Comment